Fuel Injection vs Karburator

Karburator yang baik setidaknya memiliki tiga penakar bensin yang disebut jet, jetmemiliki ukuran lubang tempat bensin akan mengalir yang berbeda-beda, semakin besar lubangnya, semakin banyak bensin yang dapat lewat. Penakar bensin yang disebut jet ini masing-masing akan bekerja sesuai posisi bukaan gas.
- Slow/Pilot Jet adalah penakar bensin yang paling kecil ukuran lubangnya, menakar bensin untuk kebutuhan putaran mesin rendah, bukaan gas 0~1/4.
- Needle Jet & Jet Needle bekerja bersama membentuk celah lubang untuk bensin lewat, menakar bensin untuk putaran mesin menengah, bukaan gas 1/4~3/4.
- Main Jet adalah penakar bensin untuk putran mesin tinggi dengan bukaan gas penuh – 3/4~1.
Jet-jet ini selalu terbuka dan mengalirkan bensin saat mesin hidup.


Cara kerja Injector mirip seperti busi yaitu juga mempunyai timing kapan dan berapa lama harus menyemprotkan bensin , jika busi memerlukan masukan dari sensor posisi crankshaft untuk menentukan saat pengapian maksimal, misalnya 10° sebelum piston mencapai titik mati atas – TMA.
Timing untuk injektor lebih rumit karena yang diukur sebagai penentu berapa lama injektor membuka untuk menyemprotkan bensin adalah berapa banyak udarayang masuk kedalam mesin, injektor harus memberikan jumlah bensin yang tepat agar dapat terbakar habis dengan jumlah udara yang ada (masuk kedalam mesin), nah ini rumus kimia dasar stoichiometry (2 C8H18 + 25 O2 → 16 CO2 + 18 H2O) perbandingan jumlah Udara O2 dan Bensin C8H18 yang terbaik, untuk menghasilkan tenaga mesin atau efisiensi maksimal.
Jumlah udara O2 yang masuk kedalam mesin tidak selalu tetap berdasarkan kapasitas mesin saja, misal mesin 100cc = jumlah udara yang dihisap masuk 100cc, tetapi volume dan kandungan O2 berbeda-beda berdasarkan bukaan gas, putaran mesin, suhu udara, tekanan udara, kelembapan udara, jadi banyak sensor yang dipakai untuk menghitungnya, bahkan setelah pembakaran pun masih ada O2 sensor yang dipasang pada saluran buang untuk mengabarkan kepada ECU apakah hasil kalkulasi timing injektor sudah pas atau belum, perlu ditambah atau dikurangi.
Timing untuk injektor lebih rumit karena yang diukur sebagai penentu berapa lama injektor membuka untuk menyemprotkan bensin adalah berapa banyak udarayang masuk kedalam mesin, injektor harus memberikan jumlah bensin yang tepat agar dapat terbakar habis dengan jumlah udara yang ada (masuk kedalam mesin), nah ini rumus kimia dasar stoichiometry (2 C8H18 + 25 O2 → 16 CO2 + 18 H2O) perbandingan jumlah Udara O2 dan Bensin C8H18 yang terbaik, untuk menghasilkan tenaga mesin atau efisiensi maksimal.
Jumlah udara O2 yang masuk kedalam mesin tidak selalu tetap berdasarkan kapasitas mesin saja, misal mesin 100cc = jumlah udara yang dihisap masuk 100cc, tetapi volume dan kandungan O2 berbeda-beda berdasarkan bukaan gas, putaran mesin, suhu udara, tekanan udara, kelembapan udara, jadi banyak sensor yang dipakai untuk menghitungnya, bahkan setelah pembakaran pun masih ada O2 sensor yang dipasang pada saluran buang untuk mengabarkan kepada ECU apakah hasil kalkulasi timing injektor sudah pas atau belum, perlu ditambah atau dikurangi.
Dengan demikian Fuel Injection lebih presisi mengatur bensin dibandingkan dengan karburator, lebih baik untuk efisiensi bahan bakar, menekan polusi gas buang kendaraan bermotor.
Seperti sistem CDI yang akhirnya menggantikan Platina – contact breaker, maka Fuel Injection juga menggantikan karburator
Tidak ada komentar:
Posting Komentar